Monday, January 24, 2011

The Man Who Loved Books Too Much

Ini hutang review dari tahun lalu, waktu saya mendapat paket dari Vixxio, karena memenangkan giveaway-nya. Namanya aja Vixxio yang merupakan toko buku bekas online, jadi pasti deh hadiahnya buku. Pertanyaannya; buku apa? Gyaah gampang bgt pertanyaannya.. jelas2 judul bukunya disebutin di judul posting ini.. *gubrak! Berarti pertanyaan berlanjut; seperti apa dan gimana cerita bukunya? Yuk, sama-sama kita buka paketnya..!

The Man Who Loved Books Too Much


Buku terbitan Alvabet ini bercerita tentang seorang pria bernama John Gilkey yang sangat menyukai buku, namun untuk mendapatkan buku-buku demi melengkapi koleksinya, ia mencuri. Modus operandinya selalu sama namun sangat efektif; berpura2 membeli sebuah buku langka melalui telepon kemudian membayarnya dengan salah satu dari nomor2 kartu kredit yang sudah dikoleksinya terlebih dahulu.

Kemudian sebagai lawan tangguhnya, adalah Ken Sanders, seorang bibliodick - detektif dalam bidang buku, yang luar biasa geram dengan aksi Gilkey dan bertekad menangkap basah dirinya. Misi lainnya adalah menemukan koleksi buku hasil curian yang masih disembunyikan Gilkey.

Uniknya, Gilkey berkali-kali tertangkap, berkali-kali ditahan selama beberapa waktu meski tidak pernah terlalu lama, namun itu tidak membuatnya kapok. Ia justru semakin bersemangat untuk mencuri buku lebih banyak lagi. Di dalam buku setebal 300 halaman ini kita akan mengikuti perjalanan Gilkey dalam mengumpulkan buku2 langka dengan atas nama kecintaannya pada buku dan ambisi pribadinya mengkoleksi buku.

Kisah yang dituturkan Allison Hoover Bartlett dari sudut pandang dirinya ini merupakan kisah nyata, meskipun saya tidak banyak melakukan riset sendiri untuk membuktikan bahwa ini benar2 kisah nyata; soalnya waktu saya tanya ke dik Google ttg John Gilkey, yang muncul justru seorang artis sirkus, dan kalaupun ada ttg Gilkey sang pencuri, literaturnya hanya dari buku Allison ini. Jadi saya hanya bisa percaya pada informasi genre yang tertera di halaman 2 di bawah ISBN; Kisah Nyata.

Saat membaca satu dua halaman, entah kenapa saya langsung teringat pada Professor and The Mad Man, untuk kemudian di tengah2 buku mendapati bahwa Allison tnyata sangat menggemari buku tersebut. Mungkin buku itu pula yang memotivasinya menulis buku ini. Mengingat sampai saat ini sy belum jg berhasil menamatkan Professor and The Mad Man, di bbrp halaman awal sy sempat ngeri jangan2 buku ini bakal berakhir sama; nangkring di rak buku tanpa pernah selesai dibaca, tapi tnyata saya justru ga bisa berhenti membacanya!

The Man Who Loved Books Too Much memuat banyak hal tentang dunia buku dan kolektor buku. Karenanya, bagi pecinta buku bahkan yang amatiran seperti sayapun, buku ini terasa dekat dan mewakili.

Seperti petikan berikut:
Hal. 127 (klik utk perbesar)

Sy ngerasain bgt! Betapa sy berdebar2 hanya dengan melihat di internet gambar2 dari bbrp buku pertama saya; Serial Tini (yg paling pertama sy miliki berjudul Kiki Kelinci), dan betapa inginnya saya memiliki buku2 tersebut lagi. Sepanjang buku ini, sy sama sekali ga bisa merasakan kenapa edisi pertama begitu penting. Bagi sy buku2 tertentu yg memiliki "sejarah" bersama saya-lah yg paling ingin sy koleksi.

Juga tentang "kekuatan" buku fisik bila dibandingkan dengan buku elektronik (e-book):
Hal. 217 (klik utk perbesar)

Buku ini pun menyelipkan humor yang menggelitik, seperti:
Hal. 178 (klik utk perbesar)

Ending-nya menarik, lebih tepatnya menjanjikan..! Hmm tapi itu rahasia, cukup kedip2 aja y buat yang udah baca.. ;) Yang belum baca, baca dong!

Secara keseluruhan, buku ini seperti mak comblang yang akan mempertemukan kembali cinta kita pada buku manakala mungkin kita sudah melupakannya.. menyalakan lagi bara dari hasrat terpendam untuk mengkoleksi buku dan membakar semangat untuk sebuah mimpi; punya perpustakaan pribadi impian masa kecil!

Setidaknya, begitulah efeknya pada saya.. Saking terpengaruhnya sama buku ini, klo kamu liat list buku yg saya baca sepanjang tahun 2010 lalu (lihat list-nya di sini), setelah buku ini di urutan No. 7, ga lama kemudian saya membeli box set Malory Towers dan St. Clare - yg sdh sejak lama tertunda - dan melahapnya nonstop! Efek pada Anda? Silahkan dirasakan sendiri.;)
 ***
Special thanks to Vixxio for the book! ;)
Follow Vixxio on Twitter, karena sering ada bagi2 buku looh.. :D

7 comments:

  1. Mbak malah suka ya, aku malah nyerah baca buku ini di tengah2. Alurnya pelan banget sih. Untungah, buku itu tiba pada pemilik yang tepat untuk mengapresiasinya!

    ReplyDelete
  2. percaya klo mbak desy pecinta buku sejati..
    klo saia??hemm...ngeliatnya aja mata ku perih mbak klo harus melahap 300 halaman *pemalas* :D

    ReplyDelete
  3. @Fanda: aku ngerti deh, soalnya aku jg awalnya ngeri buku ini bakal berakhir kaya Professor and The Mad Man yg gagal aku selesaikan.. krn 2 buku ini alurnya mirip.
    Tapi tnyata lama2 aku jadi tertarik dan ngerasa buku ini "deket" bgt sama aku yg juga suka buku :D

    @dv: haha.. tergantung bukunya juga, klo ceritanya asyik, 600-700 kaya Harpot/Twilight/Mortal Instruments gitu kulahap juga.. sedang buku yg kurang menarik biar cuma 100 halaman jg ga selesai2.. :p

    ReplyDelete
  4. wah, sebagai pecinta buku, saya jadi pengen juga baca buku ituuu...
    ntar deh di follow vixxionya

    ReplyDelete
  5. sama kaya mba fanda, aku juga rada-rada bosen baca buku ini.. cuman semakin ke dalem kok semakin banyak setuju sama quote2 nya yang kurang lebih mencerminkan alasan kenapa seseorang sangat mencintai buku.. terutama buku2 yang punya kenangan tersendiri..

    btw, aku lupa mba endingnya gimana sih? Bisikin dong.. hehehhe

    ReplyDelete
  6. salam kenal .
    postingannya baggus .
    makasih .

    ReplyDelete
  7. wah, jadi pgn baca bukunya jugaa :D kayaknya seru, ngga kebayang apa jadinya kalo di dunia ini banyak yg tergila-gila sama buku, hihi, makin banyak juga kali ya, detektif2 kayak Ken Sanders, mba daisy jadi yg mana ni?hehe

    ReplyDelete